 |
Image Source: Aprilasia.com
|
Sebagai pengusaha, Sukanto Tanoto memiliki prinsip yang
patut ditiru. Ia ingin perusahaannya bisa berkembang bersama pihak lain. Oleh
sebab itu, pendiri Royal Golden Eagle (RGE) selalu mendorong kemitraan dengan
pihak-pihak di sekitar perusahaan.
RGE yang didirikannya memang sudah menjadi korporasi
kelas internasional. Namun, Sukanto Tanoto tidak lupa terhadap akarnya. Ketika
pertama kali mendirikannya pada 1967, RGE hanya perusahaan skala lokal,
sehingga ia ingin membantu pebisnis kecil.
Kerja keras dan keseriusan dalam mengelola perusahaan
membuat RGE tumbuh. RGE kini berkembang menjadi korporasi beraset 18 miliar
dolar Amerika Serikat dengan karyawan sekitar 60 ribu orang.
Meski sudah menjadi korporasi, RGE tidak melupakan para
pebisnis lokal. Sebisa mungkin mereka membuka pintu untuk menjalin kemitraan.
Hal itu bertujuan supaya para pengusaha tersebut mampu mengembangkan bisnisnya.
Hal itu sengaja ditegaskan oleh Sukanto Tanoto dalam arahan
kerja. Ini diindahkan oleh salah satu anak perusahaan RGE, Grup APRIL.
Perusahaan yang bergerak di industri pulp dan kertas ini mampu mengembangkan
banyak pengusaha lokal.
APRIL
didirikan oleh Sukanto Tanoto pada
1993 di Pangkalan Kerinci, Riau. Mereka kini menjadi salah satu produsen pulp
dan kertas terbesar di dunia. Kapasitas produksi terpasang per tahunnya cukup
tinggi. Pulp yang dibuat mencapai 2,8 juta ton dan ditambah dengan kertas sebesar
1,15 juta ton.
Perusahaan Sukanto Tanoto ini menjalin kemitraan
dengan pebisnis lokal dengan cara unik. Mereka sengaja menjadikannya sebagai
sebagai bagian dari operasional keseharian perusahaan.
APRIL
membuka pintu kemitraan bagi pengusaha lokal untuk mendukung operasionalnya.
Pebisnis lokal diajak sebagai mitra. Setelah itu, mereka dilatih untuk membuat
produk atau mengembangkan layanan yang diperlukan oleh perusahaan.
Perlu
diketahui, dalam menjalankan proses produksi pulp dan kertas, banyak pekerjaan
lain yang dilakukan oleh APRIL. Mereka juga harus mempersiapkan bibit tanaman
untuk ditanam di perkebunan. Mereka mesti memikirkan pula bagaimana
mempersiapkan karyawan datang tepat waktu.
Hal-hal
seperti itu akhirnya dibuka sebagai pintu kerja sama dengan pengusaha lokal.
APRIL mengundang pebisnis di sekitar area operasinya untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
Langkah
ini terbukti efektif. Perusahaan Sukanto
Tanoto berhasil mengubah kehidupan banyak pihak khususnya para pengusaha
lokal. Berkat pendampingan dari kemitraan yang dilakukan, para pebisnis itu
sanggup memperbesar usahanya. Pada akhirnya, mereka juga mampu membuka
kesempatan kerja bagi orang lain.
Salah
satu contohnya dirasakan oleh Jufri yang berasal dari Pangkalan Kerinci. Ia
mampu mendirikan perusahaan yang memproduksi pupuk untuk industri pertanian
dari dengan bahan dasar sekam. Berkat itu, Jufri sanggup mempekerjakan sekitar
80 orang karyawan.
Awal
mulanya adalah kemitraan Jufri dengan APRIL. Pada tahun 2000, ia menjadi mitra
binaan PT Riau Andalan Pulp & Paper (unit operasional APRIL, Red.). Hal itu membuka kesempatan untuk
menyuplai kebutuhan operasional APRIL. Saat itu, Jufri akhirnya berkesempatan
merawat kendaraan operasional APRIL. Namun, seiring pendampingan perusahaan, ia
mampu memperlebar bidang usahanya. Jufri sempat menyediakan tenaga kerja untuk
APRIL hingga kini memproduksi arang sekam.
Patut
disadari, arang sekam dibutuhkan oleh APRIL sebagai bagian dari proses
pembibitan akasia. Jufri mengolahnya dengan cara menyangrai arang sekam dengan
sebuah penggorengan besar. Setelah itu, Jufri menyuplainya ke RAPP karena sudah
mengantongi kontrak kerja sebagai mitra.
"RAPP
memberi saya banyak bantuan untuk bisnis saya. Jadi, manfaat yang saya dapatkan
bukan hanya uang, tetapi juga program pelatihan yang bisa membantu
mengembangkan bisnis saya," kata Jufri.
BEBERAPA CONTOH LAIN
Image Source: Aprildialog.com
Jufri bukan satu-satunya
pebisnis yang mendapat manfaat dari kemitraan dengan APRIL. Banyak pihak yang
merasakan dukungan serupa dan bisa berkembang menjadi lebih baik. Contohnya
adalah Tengku Effendi yang kehidupannya berubah drastis berkat perusahaan Sukanto Tanoto tersebut.
Pria asal Desa Lubuk Bungo, Provinsi Riau ini mulanya
sering bekerja sebagai penebang pohon ilegal di hutan. Ia membabat pohon secara
liar lalu menjual hasilnya ke penadah. Namun, setelah menjadi mitra binaan RAPP
pada 2006, Tengku mampu meninggalkan pekerjaan untuk menjadi pengusaha jasa
transportasi.
Ketika itu, sebagai mitra binaan, Tengku mendapat
kesempatan menjalankan bisnis transportasi. Ia mengangkut para karyawan RAPP
untuk pulang dan pergi kerja. Dengan bimbingan RAPP, Tengku mampu mengelolanya
dengan baik. Akibatnya bisnis terus membesar hingga menjadi penyedia jasa
transportasi umum.
Bukan hanya itu, PT Idhal Bersaudara yang didirikannya
juga berbisnis pupuk. Mereka menyuplai pupuk untuk perkebunan APRIL.
“Bukanlah hal yang mudah untuk mengubah apa yang biasa
saya kerjakan dengan menjalankan sebuah usaha jasa transportasi. Namun, program
ini telah mengajarkan saya banyak hal mengenai bagaimana menjadi seorang
pengusaha”, ujar Tengku.
Lain lagi dengan kisah Husni Thamrin. Pria asal Riau ini
beralih profesi dari pengangkut sampah menjadi pebisnis persewaan alat berat
dengan aset mencapai Rp100 miliar.
Perubahan hidup Husni dimulai dengan keputusan bergabung
sebagai mitra binaan RAPP. Dengan itu, ia mampu bekerja mengambil sampah di
perusahaan dan perumahan karyawan RAPP.
Namun, seiring waktu, bisnis Husni terus berkembang.
Hingga akhirnya ia memiliki usaha persewaan alat berat dengan bendera PT Nilo
Engineering. Ia memiliki 30 unit alat berat dan 25 truk yang semuanya disewakan
ke RAPP.
Kesuksesan ini diakui oleh Husni tidak lepas dari
dukungan APRIL. Perusahaan Sukanto
Tanoto ini membimbing dan membuka kesempatan berbisnis.
“Saya tidak memiliki latar belakang sebagai pengusaha.
Usaha pertama saya adalah mengemudikan truk sampah ayah saya. Saya secara
bertahap menjadi mengerti tentang bisnis ini, saya menyadari bahwa terdapat
kesempatan bagi saya untuk mengembangkannya. Saya berterima kasih kepada
program ini yang telah membina banyak pengusaha lokal, termasuk saya,” ungkap
Husni.
Kisah Husni mirip dengan perjalanan hidup Sulaiman. Pria
asal Pangkalan Kerinci ini mampu berkembang menjadi pengusaha cocopeat. Semua berkat dukungan APRIL.
Mereka sengaja membuka kesempatan bagi pebisnis lokal
untuk menyuplai cocopeat yang
dibutuhkan sebagai media tanam bibit akasia. Sebagai mitra binaan, Sulaiman
bisa melakukannya.
Kini, bersama PT Rifky Sanjaya Pratama, ia berhasil
menyuplai cocopeat ke tujuh pusat
pembibitan RAPP. Per bulan, Sulaiman sanggup memasok 600 ton cocopeat. Ini
peningkatan drastis dari sebelumnya hanya 30 ton.
Keberhasilan itu membuat Sulaiman sanggup membuka
lapangan kerja untuk 40 orang. “Salah satu pekerja saya dulunya bekerja
serabutan membantu ayahnya sebagai nelayan, dan pendapatan mereka paling banyak
hanya 1 juta rupiah per bulan. Dengan bekerja di sini, mereka memperoleh
pemasukan yang lebih besar, dan bahkan beberapa di antaranya mendapatkan 4 juta
rupiah per bulan,” ujar Sulaiman.
Kisah Jufri, Husni, dan Sulaiman
hanya beberapa contoh. Banyak pengusaha lain yang merasakan perkembangan berkat
dukungan APRIL. Mereka mencatat hingga 2016 sudah membantu 190 Usaha Kecil
Menengah. Berkat itu, ratusan lapangan pekerjaan telah dibuka.
Dengan ini, APRIL memang menjalankan arahan Sukanto Tanoto. Ia memang berharap
perusahaannya mampu memberi manfaat kepada pihak lain. Semua harus memberi
kebaikan kepada masyarakat (Community), negara (Country), iklim (Climate),
pelanggan (Customer), dan perusahaan (Company).